Rabu, 05 September 2007

tafsir irfani 5 mukadimah

Dari Imam Ridha yang dikompilasi oleh Fahdl bin Syadzan

Ihdinash shirathul mustaqim, Tunjukilah kami ke jalan yang lurus artinya menurut beliau adalah bimbinglah dengan adab (etika) Allah, berpegang teguh pada tali-Nya, memohon makrifat kepada Allah dengan keagungan-Nya.[1] uyun akbbar ridha dan biharul anwar.

banyak sekali yang mengunyah kata-kata akhlak tapi jarang sekali membicarkan tentang adab (etika), sebenarnya sulit sekali menerjemahkan yang pas dengan adab, ada etika,ethos atau budi pekerti yang luhur, tapi islam memiliki ajaran-ajaran tentang adab yang rasnya dan anehnya tidak dimiliki oleh seornag muslim


saya ingin mengutip sebuah buku tentang adab dari rey shhari yang luar biasa ini


menurut pak jalal






Pengantar Tafsir Sufi

Jalaluddin Rakhma

Tanzil dan Ta’wil

Kami dahulu menyerang kalian karena tanzilnya

Hari ini kami menyerang kalian karena ta’wilnya

Tanzîl: Turunnya Al-Quran

Ta’wîl: Penafsiran Al-Quran






Tafsir

    • Penjelasan tentang Al-Quran dengan merujuk pada keterangan dalam Al-Quran, atau penjelasan dalam hadis, atau pernyataan para sahabat dan tabi’in (tafsir bil ma’tsur); atau dengan berusaha menemukan makna yang tepat melalui penelitian yang benar ( tafsir bi al-ra’y)






Ta’wil

  • Mengalihkan makna yang meragukan atau membingungkan pada makna yang meyakinkan dan menentramkan
    • disingkapkan betis” (Al-Quran 68:42) berarti suasana dahsyat

  • Makna kedua atau makna batiniah, makna yang lebih dalam, di samping makna lahiriah






Tahapan makna Al-Quran

  • Ibārat: buat awam, makna lahiriah saja
  • Isyārat: buat khawash, pemahaman lebih mendalam berdasarkan ilmu dan hati nurani
  • Lathāif: buat awliya, makna yang sangat mendalam, yang hanya bisa diperoleh dengan nur batiniah karena pensucian
  • Haqāiq: buat anbiya, penjelasan yang pasti, kokoh, dan sampai pada tingkat keyakinan


Banyak orang keliru menganalisis seolah-olah kemajuan dunia Barat bertopang primer pada matematika, fisika atau kimia. Namun, bila kita mau dalam lagi menyelam, maka kita akan melihat bahwa, kemampuan luar biasa dunia Barat dalam hal ilmu alam mengandaikan dahulu dan berpijak pada kultur berabad-abad pendidikan bahasa. Yang berakar pada filsafat yunani yang bertumpu pada retorika.
Pengertian retorika biasanya kita anggap negatif, seolah-olah retorika hanya seni propaganda saja, dengan kata-kata yang bagus bunyinya tetapi disangsikan kebenaran isinya. Padahal arti asli dari retorika jauh lebih mendalam, yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran. To be victorius lords in the batlle of minds. Maka retorika menjadi mata ajaran poros demi emansipasi manusia menjadi tuan dan puan.

Y.B. Mangunwijaya



tafsir hadis irfan



hadis juga memiliki signifikasnni barang siapa mencintai allah maka cintailah rasul

Dalam Muqaddimah dan penutupnya buku ini menyimpulkan tidak bisa atau mustahil seseorang bertemu sekaligus berdialog dengan Nabi Muhammad saw (liqa’-al-Nabi), karena beliau sudah wafat sejak tahun 11 Hijriah. Kalaupun bisa, kenapa Nabi Muhammad tidak muncul ketika putri-putri dan sahabat nabi sepeninggal beliau sedang mengahadapi kesulitan dalam masalah waris dan pengumpulan mushaf-mushaf Al-Quran, dan sebagainya, dan mengapa muncul di abad ke-19 M?

Tapi, buku ini menjelaskan secara rinci tentang peristiwa Isra’ Mikraj, Nabi Muhammad saw yang ternyata bisa bertemu sekaligus berdialog dengan Nabi-nabi yang telah mendahuluinya. Seperti Nabi Adam dan sempat berdialog, di langit kedua bertemu Nabi Yahya dan Nabi Isa. Dengan Nabi Isa juga sempat berdialog, kejadian itu terus berlangsung sampai Rasulullah mendapatkan titah perintah salat dari Allah swt.

Sebelum mendapatkan perintah salat lima (5) waktu sehari tersebut beliau sempat bercakap-cakap secara intens dengan Nabi Musa. Dalam percakapan itu Nabi Musa meminta Nabi Muhammad memohon keringanan kepada Allah karena cukup berat bagi umat Muhammad untuk menunaikan salat sebanyak lima puluh (50) kali sehari, hingga akhirnya Allah mengabulkan permohonan beliau dan salat menjadi lima (5) kali sehari. Nabi sendiri sebelum menerima wahyu dalam keadaan terjaga (sadar) beliau menerima wahyu melalui mimpi yang berlangsung selama setengah tahun dan wahyu dalam keadaan sadar selama 23 tahun. Semenjak beliau diutus sampai wafat (h.56).

Oleh sebab itu wajar jika dalam membahas hadist terkait dengan mimpi dengan Nabi, antara ulama hadis dan ulama sufi tidak mencapai titik temu terkait dengan para wali (awliya’) dan para ulama yang mengaku dirinya telah bertemu sekaligus berdialog secara langsung, baik melalui mimpi maupun dalam alam sadar dengan Nabi Muhammad saw. Sehingga benar tidaknya tokoh-tokoh sufi seperti al-Tijani (Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar al-Tijani-lahir di Maghrib, 1150 H/1737 M) yang populer dengan Thariqah Tijaniyah/Muhammadiyah), Abu Hasan al-Syadzili, lahir di Ghamirah, Maroko, 593 H, Ibnu Arabi (Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin al-Arabi al-Ma’arifi, lahir pada 468 H/1076 M dan wafat pada 543 H/1148 M di Seville-juga ahli hadis), yang kedua adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Arabi al-Tha’i al-Hatimi, dilahirkan di Andalusia, 17 Ramadhan 560 H/28 Juli 1165 M di Mursia, Spanyol Tenggara. Dan al-Suhaimi (Muhammad bin Abdullah al-Suhaimi) dilahirkan di Sudagaran, Wonosobo, Jawa Tengah 1259 H. Semuanya mengakui telah bertemu Nabi melalui pengembaraan spiritual (riyadhah al-nafs), terus menjadi perdebatan.

Menurut hadis Nabi, mimpi itu ada tiga macam. :”Mimpi itu ada tiga macam; mimpi yang baik adalah dari Allah, mimpi yang membuat sedih datang dari setan, dan mimpi yang berasal dari bisikan dirinya sendiri”. Dan buku ini membagi mimpi menjadi empat (4) macam: mimpi yang benar-benar menjadi kenyataan (al-ru’ya al-shadiqah al-Muhaqqaqah), mimpi yang baik (al-ru’ya al-shalihah), mimpi berupa bisikan dan berbentuk simbolik (al-ru’ya al-hatifah al-Marmuzah), dan mimpi sebagai peringatan (al-ru’ya al-Muhadzirah).

Kata Ibnu Arabi cahaya ketuhanan itu bisa berupa pengalaman keterbukaan (kasyf). Ia menyebut perolehan kasyf dengan ilmu laduni. Ilmu laduni ini merupakan buah dari ketaatan terhadap Rasulullah saw dalam segala aspeknya, baik ucapan maupun perbuatannya. Bahwa kasyf merupakan metode pengetahuan yang tertinggi. Namun, kritik ulama hadis terhadap Ibnu Arabi, bahwa al-kasyf bisa dikuasai siapa saja seperti diakui para mistisis bahwa pengetahuannya bercampur aduk dengan pengelabuan setan, dan sedikit yang mempunyai kemampuan membedakan antara kasyf syaithani dengan kasyf haqiqi dan tidaklah dinamakan kasyf haqiqi kecuali jika sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

Yang menjadi pertanyaan kemudian; bagaimana jika hadis-hadis yang dijadikan alasan, hujjah ulama sufi tersebut juga tidak bertentangan, atau sesuai dengan Al-Quran maupun Sunnah? Setidak-tidaknya membaca buku ini bisa menambah pengetahuan sekaligus keyakinan tentang bisa atau tidaknya manusia yang hidup di dunia ini bisa bertemu ataupun berdialog dengan Nabi Muhammad saw, juga dengan para wali, ulama, dan orang tua kita yang telah meninggal dunia, berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad saw





Al-Baqarah 74

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْأَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ







فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ

كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ










[1] Ilal Syarai :260

2 komentar:

Salam Sukses Bahagia mengatakan...

assalamu'alaikum. salam kenal

Salam Sukses Bahagia mengatakan...

assalamu'alaikum, bisa usul pak, aar tulisannya dibuat lebih singkat dan padat saja. thanks