Kamis, 21 April 2011

Imam Jafar Shadiq as : A Heart of Islamic Mysticisms

Imam Jafar Shadiq as : A Heart of Islamic Mysticism
Nano Warno MA

Pengantar

Kelebihan dan Karomah Imam Ja’far As-Shodiq

1.Beliau dikenal sebagai Mujtahid di bidang ilmu Fiqih. Dalam kalangan para Fuqoha’ dikenal sebagai Pendiri Mazhab kelima yakni Mazhab Fiqih Ja’fariyah.
2.Beliau dikenal sebagai Ulama dan Tokoh Sufi yang memilki Ma’rifah Laduniyah yang tinggi yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.
3 Beliau selalu menolak untuk diberi jabatan duniawi. Imam As-Syilli berkata : “pada suatu hari kalangan Bani Hasyim bermaksud akan mengangkat Muhammad dan Ibrahim bin Abdullah bin Hasan bin Abi Thalib, untuk menjadi Khalifah. Peristiwa itu terjadi, beberapa saat menjelang berakhirnya daulah Marwan.
Mereka mengirim sejumlah utusan untuk menemui Imam Ja’far As-Shodiq, dan meminta kesediaan beliau untuk diangkat menjadi Khalifah. Sesudah mereka berkumpul dihadapan beliau danmenyatakan akan membai’at beliau menjadi Khalifah, dengan tegas beliau menolak, seraya berkata :
“Demi Allah swt,jabatan itu bukan untukku dan bukan pula untuk kedua orang ini. Jabatan ini hanya untuk yang berjubah kuning itu. Demi Allah swt, mereka akan dipermainkan oleh anak-anaknya.”
Setelah itu, beliau bangkit meninggalkan majelis itu. Manshur Al-Abbasi ketika itu hadir dan memakai jubah kuning. Ucapan Imam Ja’far As-Shodiq itu ternyata benar, karena Al-Manshur belakangan diangkat menjadi Khalifah.
• Doa’ beliau makbul; jika memerlukan sesuatu, beliau mengucapkan :”Wahai Tuhan, Aku memerlukan itu”
Maka belim habis doa’nya, sesuatu yang dimaintanya sudah berada didepannya.
Al-Manawi meriwayatkan bahwa pada suatu hari Imam Ja’far As Shodiq digiring kehadapan Kholifah Al-Manshur, dengan tuduhan palsu. Seorang saksi memperkuat tuduhan itu, dengan besumpah bahwa ia telah melihat Imam Ja’far As Shodiq melakukan sesuatu. Padahal kesaksian itu tidak benar sama sekali. Belum lagi habis ucapannya, tiba-tiba saksi itu jatuh tersungkur dan mati ketika itu juga.

• Al-Laits bin Saad menyatakan :”Pada tahun 113 H, Aku mengerjakan haji di Makkah. Pada suatu hari , selesai sholat ‘Asar, aku naik ke punacak Jabal Kubis. Kulihat disitu seorang laki-laki sedang asyik berdo’a. dia mengucaokan :”Ya Allah swt , aku ingin sekali memakam buah anggur, berilah aku. Ya Allah! Sesungguhnya pakaianku sudah lusuh, berilah aku pakaian.” Belum habis doa’nya kulihat sebuah keranjang penuh berisi anggur sudah berada dihadapannya, padahal masa itu bukan musim anggur. Dan dua helai kain baju terletak pula disampingnya. Kain baju itu sangat bagus, belum pernah kulihat kain sebagus.


Imam Ja’far Shodiq as. suatu ketika didatangi seorang atheist dan berdialog dngnya.

Atheist : ‘Wahai Ja’far, apakah Tuhanmu bisa memasukkan gajah kedalam sebuah telur, tanpa gajah itu mengecil juga tanpa telur itu membesar ?’

Imam Ja’far as : “Tuhan terlepas dari kuantitas, Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu. Berapa indera yang kau miliki ?”

Atheist : ‘Ya, aku bisa melihat, aku bisa mendengar, aku bisa mencium, merasa dan bicara..’

Imam Ja’far as : “Mana yang paling kecil ?”

Atheist : ‘Mata’.

Imam Ja’far as : “Berdirilah diluar sana, dan lihat sekelilingmu. Katakan kepadaku apa yang kau lihat ?”

Atheist : ‘Ya, aku melihat pasar, aku melihat bangunan, aku melihat binatang ternak, aku melihat orang2 berjualan dsb..’

Imam Ja’far as : “Apakah kau masih berfikir ΛLLΛH tidak mampu memasukkan gajah ke dalam telur tanpa gajah itu mengecil atau telur itu membesar ? ΛLLΛH telah menciptakan mata dengan ukuran lebih kecil dari telur, dan menjadikan segala sesuatu yang dilihat masuk kedalamnya.”




Imam Jafar Shadiq pernah berkata kepada kaum sufi yang menolak anugerah-anugerah duniawi :
“Coba kalian jawab argumenku berikut ini mengenai kisah Nabi Sulaiman bin Daud as. Beliau mohon suatu kekuasaan dari Allah swt yang tidak akan diperoleh siapapun sepeninggalnya : ‘Dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku.’ (QS. 38:35). Dan Allah memberikan kepadanya. Nabi Sulaiman tidak menginginkan sesuatu kecuali yang haq. Dalam hal ini, baik Allah swt atau orang-orang mukmin, tidak mencela Nabi Sulaiman karena memohon kekuasaan yang begitu besar dari Allah. Begitu juga halnya dengan Nabi Daud as yang datang sebelumnya.
Dalam kisah Nabi Yusuf, beliau berkata kepada raja: ‘Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.’ (QS. 12:55). Akhirnya beliau menangani semua urusan negara yang terbentang luas dari Mesir sampai ke Yaman. Ketika paceklik menimpa seluruh pelosok negeri, semua penduduk dari berbagai belahan datang membeli perbekalan dan bahan-bahan pokok mereka. Ini tidak menyebabkan Yusuf lupa pada yang haq, dan Allah pun tidak mencelanya di dalam Al-Quran.
“Begitu juga dengan kisah Dzul Qarnain, seorang hamba yang cinta kepada Allah dan dicintai oleh-Nya. Kepada Dzul Qarnain, Allah memberikan kemudahan-kemudahan dan kekuasaan dunia, dari Barat sampai ke Timur.
“Hai orang-orang sufi! Tinggalkanlah jalan yang tidak benar itu. Tunjukkanlah adab Islam yang sebenarnya. Jangan melampaui perintah dan larangan Allah, dan jangan pula mengurangi perintah-perintah-Nya. Jangan kalian ceburkan diri kalian ke dalam masalah-masalah yang kalian tidak ketahui. Tuntutlah ilmu-ilmu itu dari ahlinya. Kenalilah perbedaan antara naskh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, serta halal dan haram. Semua itu akan lebih baik dan mudah bagi kalian, serta dapat menjauhkan kalian dari kejahilan. Bebaskan diri kalian dari kejahilan, karena penyokong-penyokongnya terlalu banyak; sebaliknya, penyokong-penyokong ilmu pengetahuan sangatlah sedikit.”

Ajaran-ajaran irfan baik teori maupun amali, harus selalu merujuk dan berusaha menyambungkannya dengan sumber dari pengetahuan itu yaitu tuhan. Menurut Ibnu Arabi pengetahuan yang disconected dengan Ilahi, itu bukan pengetahuan. masalahnya bagaiaman kita menghubungkan dengan sumber-sumber Ilahi atau divine tersebut?

Tidak ada komentar: